BARUS, TAPANULI TENGAH: BEBUKA PERADABAN ISLAM NUSANTARA
…..Ecolo Francaise d’Extreme –Orient (EFEO), peneliti Perancis sinergi dengan arkeolog nasional (PPAM) di Lobu Tua (1995-2000) menyimpulkan secara arkeologis bahawa Barus adalah tempat kali pertama Islam hadir di Nusantara. Bukti Arkeologis banyak bertebaran di Barus, salah satunya makam Syech Rukhnuddin wafat di 672 Masehi atau 48 Hijriah juga 11 lokasi makam lain seperti di Papan Tinggi tempat disemayamkan jenazah Syech Mahmudsyah. Ada juga kajian journey perjalanan Marcopolo yang sempat datang ke wilayah ini bersaksi banyak pedagang Arab-Persia-Armenia dan banyak orang dari belahan dunia lain datang ke Barus. Di klaim secara historikal sebagai kota tertua di Nusantara dan hadir sebelum dinasti Sisingamangaradja…..Written and Photograph by Isfandiari MD


Jalur tengah malam hari menjadi zona kekuasaan bus-bus cepat dari atau ke Medan dari berbagai daerah. Rangsangan ‘uang tancap’ sebagai pendorong agar supir cepat sampai tujuan membuat jalur ini persis sirkuit balap dengan bus-bus kecepatan tinggi. Manuver mereka ekstrem dan kadang tidak peduli pengguna jalan lain apalagi mobil-mobil kecil. “Makanya jika bisa dihindari jalur malam. Sudahlah rehat saja disini kita ngobrol santai,” kata sahabat kami Bang Fery Andhika Dalimunthe, tokoh muda, politisi Partai Demokrat di Kabuhanbatu Sumatra Utara. Kami sampai di rumahnya di 3 Juni tengah malam.
Walau usia muda, wawasan Bang Fery sangat luas. Ia diskusi tentang banyak hal, fakta sejarah di Barus, tipografi wilayah Labuanbatu, soal-soal politik, kebudayaan dan obrolan-obrolan ringan menemani malam. Ada juga terbahas masukan-masukan tentang Forum Keberagaman Nusantara yang dipimpin Bang Arif dan langkah-langkah strategis ke depan khususnya bagi Sumatra. Kami lantas bermalam di penginapan di sini untuk bersiap melanjutkan perjalanan esok harinya.
BARUS..WE’RE COMING!!!

Melewati Sibolga, kami masuk wilayah paling historikal dalam sejarah Islam Nusantara. Inilah Barus, zona peradaban pertama di Nusantara, destinasi ekonomi dunia tempat para pedagang, cedikiawan dan ulama masuk Nusantara. Naskah-naskah kuno, arkeolog dan parta sejarawan ramai membicarakan wilayah ini, tempat zat yang sangat berharga tumbnul di dalam sebuah pohon besr, Kapur Barus sebagai pengawet mayat, wewangian dana berbagai kebutuhan lainnya. Mulai jaman Nabi Musa, pemerintahan Fir’aun sudah menjadi tujuan bahkan nama pengawet ini dinisbatkan pada wilayah ini BARUS…sebagai Kapur Barus yang legendaris itu.
Zona pesisir yang relatif sepi, tepat di pesisir Barat Sumatra berhubungan langsung dengan samudra Hindia. Masuk tengah malam tim sudah bercengrama dengan penduduk setempat, pemuda dan tokoh masyarakat di sebuah kedai kopi sederhana berjuluk Mr. Black, Jl. Zainal Arifin no.26, kelurahan Pasar Batu Gerigis. Tak ada lagi lelah saat berada disini. Energi kuat terasakan dan agendaagenda besopk hariu cukup padat, utamanya ziarah makam-makam para aulia mulia. Kami tuntaskan malam dengan bermalam di Mess Pemprof Barus, Jl. Sudirman no. 17 persis di tengah kota tak jauh dari Pantai.
Cuaca yang biasanya terik kali ini sendu cenderung mendung. Bang Arif Marbun sempatkan waktu bermain-main di Pantai Barus bernostalgia masa kecil di wilayah ini. Ombang awalnya tidak begitu beriak, namum lama kelamaan sedikit bergolak mungkin mengucapkan selamat datang dan temu kangen dengan putra Barus yang sudah lama tak berjunjung. Begitu juga cuaca, lama kelamaan mendingin, langit lepaskan beban dan hujan berkah turun. Kami lantas bergeser ke lokasi lain, Tugu Peradaban Islam Nusantara masih di sisi Pantai. Tugu ini diresmikan Presiden lalu, Pakde Joko Widodo dan diteruskan kunjungan Wakil Presiden di waktu lainnya, KH. Ma’ruf Amin dengan perhelatan besar-besaran dan sangat viral saat itu. Ada rasa bangga sampai di Tugu ini, Pak Camat, Kapolsek setempat ikut mendampingi dan melihat kembali prasasti Titik Nol Peradaban Islam Nusantara, berdiri kokoh berbentuk bola dunia dan pilar-pilar sebagai simbol kisah yang tercatat dalam sejarah Indonesia.
MAKAM MAHLIGAI PAPAN TINGGI SYECH MAHMUDSYAH – 800 RATUSAN ANAK TANGGA MEGAH












Syech Mahmudsyah Barus adalah menyebar agama Islam ternama di wilayah ini. Makamnnya ada di ketinggian puncak bersama makam-makam tertua diantaranya Makam Aulia Tuhar Aminsuri yang dalam catatan lebih tua 94 tahu dari makam Sultan Malik As Shaleh Meunasah Berinmgin Kutakarang Aceh.
Pendakian ke Papan tinggi tentunya menyita energi. Namun energi besar dan karomah sang Aulia membuat kami tetap bersemangat untuk mencapai puncak. Dalam kewilayahan, makam ini terletak di Desa Pananggahan Kecamatan Barus Utara Tapanuli Tengah. Disini kami berziarah makam berdoa kepada Allah diberi keselamatan dan barokah. Hari sudah menjelang sore dan kumandan adzan Maghrib terdengar sayupsayur dari dataran redang desa di bawahnya. Kami shalat berjama’ah di puncak bukit ini. Udara mendingin dengan cepat dan angin berembus semakin kencang. “Dari ketinggian lansekap indah tanah Sumatra. Disini kami berziarah kepada aulia Agung Syach Mahmudsyah. Beliau leluhur kami dn menjadi tokoh panutan yang selalu menjadi cahaya yang menyinari Nusantara. Dari zona ini kami sadari tuah keramat tanah Barus sebagai bebuka peradaban Islam Nusantara, menyalakan hati, mensyukuri keberagaman di negri ini,” paparan Tuanku Alamsyah Arif Rahmansyah Marbun saat di lokasi. Persis di bawah bendera Indonesia yang berkibar di kompleks makam.