BIRMINGHAM SMALL ARM YANG MENYAYAT HATI

Penulis : Isfandiari. MD Photo : istimewa

GASRIDE – Pagi yang akrab menyambut kami esok harinya. Kota yang lembut dan bersahaja sangat enak dinikmati. Kami langsung pada ‘magnet’ terkuat Siantar sekaligus menjadi ikon tak tertulis kota ini: motor lawas lansian Inggris yang menjadi becak motor. Dahulu ada beberapa merek menjadi becak motor di sini. Mulai dari Triumph, Ariel, Matchles dan Birmingham Smaal Arm (BSA). Lewat seleksi alam, hanya BSA yang bertahan, yang lainnya ’hilang’ ditukar rupiah ke daerah-daerah lain.


Hambali adalah gerbang kami sowan ke komunitas ini. Di perempatan Jl Surabaya dan Jl Sutomo, beberapa die harder berprofesi sebagai becak motor Siantar menunggu penumpang. “Beberapa dari kami tergabung dalam klub BOMS alias BSA Owners Motorcycle Siantar,” jelas Hambali diantara kawan-kawannya, Udin Panjaitan, Yanto, Slamet Riyadi,Iman, Leo dan beberapa teman baru kami.


Selain keakraban yang terasa, ada juga perasaan miris saat beberapa dari mereka melakukan pembicaraan telepon ikhwal jual beli motor ini. “Pemerintah di sini melarang kami menjual aset kota ini. Maaf ya..hanya sebatas melarang tanpa melakukan tindakan nyata melindungi kelestaraiannya,” gemas mereka. Artinya, tak ada dukungan atau tindakan nyata agar becak Siantar tak punah. “Idealnya mereka melindungi dong. Memperlakukan motor ini sebagai asset budaya dan pariwisata. Padalah kalau mau jujur, nama Siantar sudah identik dengan becak BSA-nya,” jelas Hambali lagi. “Kami tak berdaya jika sudah diiming-imingi uang. Harga BSA sangat tinggi, lebih dari 20 jutaan. Hampir tiap hari terjadi transaki. Sekarang jumlahnya memang masih ratusan, tapi saya yakin, 5 tahun mendatang, becak BSA Siantar hanya tinggal cerita,” jelas mereka lagi.

{“remix_data”:[],”remix_entry_point”:”challenges”,”source_tags”:[“local”],”origin”:”unknown”,”total_draw_time”:0,”total_draw_actions”:0,”layers_used”:0,”brushes_used”:0,”photos_added”:0,”total_editor_actions”:{},”tools_used”:{“transform”:1},”is_sticker”:false,”edited_since_last_sticker_save”:true,”containsFTESticker”:false}


Miris hati kami mendengar penuturan mereka. Pasalnya kami sudah terlanjur merasakan suasana unik di sini. Bagaimana keakraban antara rider becak Siantar, suara menggemuruh khas BSA dan kegembiraan calon penumpang yang dikenai minimum payment Rp 5000 sekali naik. Kami khawatir, suasana ini tak akan bertahan lama, sesuai ramalan mereka sendiri, 5 tahun lagi bakal punah! ”Mungkin sudah takdir! Dulu orang tua kami datang ke Jawa dan tempat-tempat lain mengumpulkan motor Inggris untuk dijadikan becak. Kini, teman-teman dari Jawa berlomba-lomba membeli becak Siantar untuk dijadikan tunggangan bergengsi. Uang memang berkuasa,” miris para pengemudi becak Siantar tanpa bermaksud mengeluh.


Moga pemerintah Pematang Siantar paham betul betapa pentingnya BSA Siantar bagi penduduk kota ini!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *