JOURNAL JOURNEY SWARNADWIPA (SUMATRA) PART 1

              …. Cahaya bukan semata fenomena fisik! Ia adalah petunjuk, hidayah, pengetahuan yang menerangi hati dan pikiran manusia. Ia mampu menajamkan rasa, melembutkan kalbu, berpendar menerangi sanubari manusia. Ia perlu dinyalakan, agar benderang menghadapi  romantika hidup. Dari sinilah kami memulai, menjalankan lelaku spiritual menuju tanah Swarnadwipa, dari Selatan terus ke Utara menyisir pantai Timur,  ketengah lantas turun melalui pesisir Barat…… PENULIS: Isfandiari MD.

road captain Tuanku Alamsyah Arif Rahmansyah Marbun, Ketua Forum Keberagaman Nusantara
Erbe Sentanu
Isfandiari MD
Napis Kurtubi
Khairul Anam

Roiful Machfudi

ETAPE 1- LAMPUNG-PALEMBANG-JAMBI-PEKAN BARU  (Start : 30 Mei 2025- Jum’at)

“IJIN NUMPANG MEROKOK BISA?”

-baling raksasa Kapal Feri Batumandi berputar di selat Sunda, bergerak penuh wibawa menuju Swarnadwipa, Pulau Emas, Sumatra persis di 11.48 siang hari. Di atas kapal, kumandang adzan berkumandang, mengajak umat muslim shalat Jum’at berjamaah. Walau berdesakan dalam fasilitas terbatas, jemaah tetap khusuk mendengarkan ceramah ustad untuk lanjut shalat 2 rakaat. Di horison sebelau Utara dari haluan tampak daratan Sumatra, seolah mengucapkan selamat datang. Sebuah pulau ‘tua’ yang banyak menyimpan kisah peradaban. Kami intens berbincang tentang pulau iini. Pulau dengan segudang keberkahan, tempat kali pertama  insan-insan mulia menyebarkan Islam di Nusantara. Atau ditarik jauh lagi, sudah menjadi kota perdagangan ramai mencari bahan-bahan berharga untuk di sebar ke seluruh dunia. “Coba buka-buka naskah kuno? Dari Zaman Nabi Musa dataran Sumatra sudah dikenal, jauh sebelum adanya Nusantara apalagi Indonesia. Mereka mencari salah satu hasil bumi terlangka, zat yang mampu mengawetkan mumi Jaman Fir’aun. Bahkan zat itu juga dinamai sesuai daerah tempatnya ditemukan: BARUS,” buka Tuanku Alamsyah Arif Rahmansyah Marbun di sela-sela obrolan ringan sebelum kami berlabuh.

              ‘Keajaiban’ Silaturahmi sudah terjadi sejak baru saja menginjakkan kaki di Tanah Sumatra ini. Ujug-ujug hadir di dek kami sosok pria berbadan tegap. “Numpang merokok ya?” Spontan kami persilakan dan terjadi dialog ringan dengan tema yang menarik. Kami lantas akrab dan saling menanyakan latar belakang masing-masing. “Barusan saya Wa-an dengan teman saya, tuan rumah pelabuhan ini. Kalian diundang rehat ngopi sejenak din kantornya, mau?” ajak sahabat baru yang mempernalkan diri sebagai Edwin asal Jakarta. Tanpa pikir  panjang kami mengiyakan ajakan pria bergaya bicara spontan, lugas tanpa basa basi ini.

              Baru kapal bersandar, kami langsung menuju  kantor ASDP Bakeheuni Lampung.  Pak  Syamsudin, Sang tuan rumah adalah GM dari ASDP Bakeheuni ia adalah sahabat Bang Edwin.  Walau baru kenal, kami cepat akrab, ngopi dan berbincang santai melepas lelah kantornya yang nyaman.   Dalam bincang-bicang santau, terselip topik-topik penting. Bicara kebangsaan, toleransi, kebudayaaan, sejarah, politik dan yag paling menarik, topik tentang keberagaman yang menjadi anugrah Allah kepada kita. Bang Arif banyak berbincang soal Forum Keberagamann Nusantara (FKN) yang dipimpinnya. Antusias tampak dari rona wajah mereka dan secercah harapan akan kontribusi forum ini kepada khalayak banyak. Bang Arif sebagai pimpinan rombongan sempat dihadiahi selendang khas sebagai ucapan selamat datang di Tanah Sumatra.

SULTAN DAN MUAROJAMBI

Bersama Daulat Sultan Muhammad Syah di kediamannya
Saat di ruang VIP Kapal Feri Menuju Sumatra

Lepas Palembang (31 Mei 2025) kami sampai di Jambi dan bersenda gurau dan diskusi intens dengan tokoh masyarakat Jambi di kediamannya. Beliau adalah Sultan Indra Rahimsyah Daulat Sultan Muhammad Syah dan istrinya Putri Srihati Rekna Gumala. Atas budi baik Sultan, kami dijamu berbagai  mengundang selera di kediamannya. Nasi lengkap dengan lauknya, martabak, kopi teh dan cemilan-cemilan khas Jambi. Beliau tokoh yang paham sejarah dan tak segan memberika arahan destinasi perjalanasn spriritual  yang  perlu dikunjungi.  Romantika  kesultanan Nusantara, berbagai persoalan yang timbul, masalah kebudayaan, adab etika, kearifan lokal menjadi topik hangat yang selalu diperbincangkan . Atas arahan beliau, kami memantapkan hati untuk datang ke sebuah zona bersejarah yang menjadi destinasinpenting peradaban kebudayaan Nusantara:Candi Muarojambi.

              Ini bukan tempat biasa. Lokasin ini adalah universitas terbesar di dunia pada masanya. Pusat pendidikan Budha di dunia, mencetak para biksu-biksu jempolan dan cerdik pandai pengikut Sidarta Gautama. Ia adalah kerajaan Melayu Kuno dan Sriwijaya yang sudah berdiri megah sejak abad ke 7 Masehi dan berakhir di abad 13 masehi. Salut dan respek pada penemu, Letnan Inggris, SC Crooke yang melaporkan kepada komandannya penemuan candi di pada  1824 saat dia dan pasukannya menyisir sungai untuk pekerluan militer. Baru 1975 Pemerintah Indonesia serius melakukan pemugaran dipimpin R. Soekmono. Dari sekian Candi, baru sembilan yang mampu dipugar. Semuanya berdesain Budhis, yakni  Candi Koto Mahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung,Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu dan Candi Astano. Junus Satrio Atmojo seorang pakar menilai, zona ini adalah pertemuan berbagai budaya. Ditemukan manik-manik asal Persia, Cina dan India, dan mayoritas disini adalah penganut Budhja Tantrayana.

Candi Muaro Jambi
Bersama Mahasiswa pemerhati Sejarah Asal Papua

Suasana asri Candi Muarojambi memang jadi magnet pecinta romantikja sejarah atau kelkuarga yag sekedar pelesir menikmati keindahan alam. Cafe dan warungf kopi terserak teratur, nafkah penduduk lokalpun terpenuhi dengan jasa antar gojek dari lokasi parkir sampai candi atau menjual merchandise sebagai pengingat kita pernah berkunjung ke sana. Ada rasa bangga dan  harapan saat kami membuka dialog dengan anak-anak muda yang datang. Mereka mahasiswa asal Papua yang sedang bersekolah di Swarnadwipa. Terlihat antusias mereka tentang kesejarahan, bagi kami ini menjadi harapan, sejarah tetap dikenang tak hanya album masa lalu, tetapi pelajaran dari leluhur betapa Nusantara adalah peradaban yang mempengaruhi tata kelola sosial masyarakat dunia. Alhamdulillah!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *