GAS RIDE – Setelan Merzynya belum juga prima saat saya datangi bengkel di Ciganjur itu. Tempat asri dipeluk rimbunnya pepohonan. Suara berisiknya membuat tupai, curut dan kecoa kesal…pastinya!
Tingginya lumayan untuk ukuran anak jaman sekarang. Tangannya belepotan oli, rambutnya ala mohawk dan luka lecet di sana-sini. Ia gampang tergambar… pendiam tapi siap meledak.”Pernah ngajar mesin juga dia. Sekarang join sama saya,” tukas Cak Bambang Priambodho tentang sosok unik ini. “Eko Yulianto!” saat tangan kotornya ngajak toz! Halo Ko!
Jalannya gontai dari motor ke tempat kunci-kunci. Agak males-malesan bagai orang ngantuk. Di sudut hatinya, kita bisa membaca: Energinya untuk membina persahabatan tinggi dari gesturenya yang tulus dan apa adanya. Never hide anything….
Outsiders awalnya tak banyak menaruh harapan sama Eko. Biasalah… builder khan ogah terikat. Free like a frog (bukan bird ah, bosen!) , ogah di bawah colors alias independent. It’s bad for bussines! Begitulah motto builders yang biasa kita kenal. Make sense.
Satu dua kali pertemuan, karakternya makin tergambar. Eko cukup antusias mendengar tentang Outsiders dari Ullie yang sudah jadi life members sebelumnya. Jadi nggak heran untk menyerahkan modifan KZ200-ku ke tangannya.”Sama tolong hidupin XS 650 bro!” tantang saya waktu itu. Seperti bisa..seperti orang ogah-ogahan. Menganggukpun nyaris tak terlihat!
Sebulan berselang. Dering HP berbunyi di Semarang saat itu. Saat diangkat, tak ada suara orang. Yang ada deru mesin yang kasar. “Tuh motormu hidup.Belum disetel Eko tapi ada nyawanya khan,” girang Bambang di Jakarta sana. Girang bukan kepalang, XS 650 yang lama mati bangkit dari kuburnya. Inginnya cepat dan saksisan sang moge lawas yang sebenarnya gak terlalu bergengsi saat itu. Yang penting kan moge Bro!
Seperti biasa, Eko dingin dan bergeming. Ia mengkritisi bodywork dan peranti monosok di rangka softail XS ini.”Ini terlalu halus, kontruksi begini gak betul. Kenyamanan kurang…bla..bla..Ia menawarkan solusi rombak sana-sini. Sebagai pasien..pasrah aja. Yang jelas interaksi semakin intens, motor Ullie dan Isf@n ada dalam kekuasan cowok Jogjakarta ini.
Almarhum Kemal Pahala mempersiapkan rapi acara MMC-Outsiders Reborn di Puncak. Yang lain, Terry, Omenz dan kru juga mempersiapkan. Ides Life Members Lampung kemungkinan hadir. Jakarta menunggu…dan rolling menuju lokasi. Isf@n, rambing, Nandar, Eko turut.
Chemistry langsung terbentuk saat mereka ketemu. Jakarta…dan Bandung. Terutama Nandar, Eko dan anak-anak Bandung, mang Abenz c.s. Kemungkinan gak plek! Budaya beda, Eko yang khas Jawa Tengah belom tentu nyambung sama pada ‘sunda-pura’ tatar priangan.Belom lagi betawi’s side dari Nandar! Kalau nggak plek, suasana bisa beku, serba kagok dan gak nyaman, bisa hancur mimpi-mimpi membuka chapter selain Bandung. Mereka khan harusnya jadi garda terdepan, para agen pembaharu.
Cuma butuh beberapa menit penyesuaian. Topi miring, Ortu dan sedikit mabuk jadi ‘dewa penyelamat’. Mereka bagai teman tahunan… lebur macam timah yang sudah panas mencair. Satu variabel sudah terbentuk…menuju reborn yang punya harapan gede. Syukurlah!
Ides yang asal Lampung tak habis pikir, Outsiders bisa muncul lagi. Semuanya serba kebetulan dan menjadi berkah tak terhingga.
Untuk momen ini gasride.com Menulis:
REBORN MMC-OUTSIDERS BANDUNG
Setelah fakum hampir 10 tahun, salah satu klub Binter Merzy tertua di Indonesia, MMC-Outsiders kembali menggeliat. Bertempat di Villa Lotus Cipanas, Puncak (5-6/8), mereka menggelar acaran Reborn MMC-Outsiders sekaligus mengenang brother mereka yang tewas dalam perkelahian jalanan, Umar ‘Aat’ Farhat. “Ini momen perenungan dan rekonsiliasi intern,” buka Isya ‘Omen’ Ansori, ketua klub ini. “
Di waktu yang sama, klub Binter Merzy lainnya, Blue Ranger mengadakan pelantikan anggota baru mereka di daerah dingin Pangalengan Bandung.
Selamat buat brother semua, moga makin jaya!
Black Riders Sumedang, mengundang para veteran di outsiders sebagai salah satu (bukan satu-satunya lo) klub merzy tertua, mungkin berbarengan dengan Gajendra dan Cobra. Kapasitasnya hanya pembicara dan tribute, Penghargaan mereka membuat cerita lain buat Outsiders.
Merzy Speedway isf@n dan Tiger street fighter dari Jakarta datang pakai anhang. Di Bandung ketemu Yudi Rigid, Awan Ujung Berung, Oboy dan Eko Susanto merzymania independent yang ‘terjebak’ dalam rombongan ini. Di Sumedang kami hang out dan enjoy dengan merzymania dari seluruh negeri.Walau banyak klub nggak begitu sreg menganggap Outsiders pelopor, It’s a shocking moment!
Moderatornya bilang begini:”Ini nih klub yang kali pertama tahu kalau merzy motor bagus. Kalau kalian dengar sepak terjangnya tahun 90-an, ya inilah orang-orangnya.” Unik juga. Sebagai Outsiders (orang luar) klub, dia tahu persis beberapa kasus yang menimpa kita. Tragedi Tasikmalaya, pemukulan pangandaran, meninggalnya Aat, penyerangan supir taksi sebandung dan banyak lagi. “Banyak cerita yang dilebih-lebihkan,” kata kami saat itu. Kami hanya kebetulan aja yang pertama di Bandung tapi sekarang sudah banyak klub besar dan jauh lebih dinamis ketimbang kami dulu. He..he..seperti veteran tua renta saat itu.Pamungkas kami diundang bupati Sumedang Don Murdono.
Dampaknya luar biasa. Spirit reborn bagai bola salju yeng menggelinding..besar dan tak menciut! Di hari lain, Isf@n dan Use bersama-sama di satu sudut Bandung yang dilintasi Omenz dan Ocha. Kami berbincang soal event Sumedang, spirit menjadi bulat dan momen rebornpun di susun. Kemal Pahala jadi panitianya, walau saat itu dia sedang sakit-sakitan. Terry jadi wingman dan punya link banyak untuk reservasi hotel di bilangan puncak. Itulah kisahnya.
Dimas Setyo, Iwan Rasta punya cerita lain lagi.Saat Eko mabuk dan terserak di Kemon Kemayoran, motor tua ber-cc 750 masuk zona Outsiders di pinggir panggung. Waktu itu ia mirip Elvis Presley muda versi Hongkong. Kacamata ala Bruce Lee,jaket coklat berbulu jadi ciri khas kaum Dao Min Tze ala bikers.
Eko yang sama-sama dari Jakarta merapatkan diri.”Rumahnya dekat dengan kosan gue!,” begitu kata Eko yang sudah kerja di bengkel umum perbatasan Tangerang-Jakarta. Merekapun bagai ubur-ubur dan air laut, oli dan mesin atau bensin dan karburator. Tidak bisa dipisahkan. Setidaknya saat-saat itu!
Riders On The Storm dan Junk Yard party Bikers Brotherhood adalah moment Iwan Rasta bersinggungan dengan Outsiders. Foto bareng dan kekagumannya pada the Big Four terutama Bandidos sama hebatnya dengan gandrung Rasta pada Bon Jovi. Outsiders memandangnya sebagai bikers yang hangat dan agak aneh. Coba.., mana ada bikers yang berkartu nama Bon Jovi di era ini? Joehana Sutisna aja yang merasa sangat Bon Jovi di sisi fisik dan suara, nggak kepikiran bikin kartu nama Bon Jovi. Itulah Rasta!