
Bisa jadi musibah jika merasa spesial di mata Tuhan. Masa kecil melarat, membesar masih merana, tiba-tiba melesat bak setingan master tune up motor balap 2 tak! Dunia tersenyum-kagum, semua berjalan mulus. Pilih karir apa saja, uang melengggang mengejar. Bebuka sebagai pelawak? Bebuka sebagai supir pribadi? Bebuka buruh kasar? ,No Problem! Recehan datang sedikit demi sedikit, dalam aktivitas mencari nafkah, orang akan terkagum-kagum. Dari ikhtiar kerja keras tanpa lelah,rejeki semakin bersinar, menggunung atau membesar gelindingan bola salju. Kali ini tidak bicara recehan, gepokan uang, celah bisnis terbuka lebar, tinggal simbol-simbol kekayaan silakan perlihatkan, mobil mewah, motor collector item, rumah melebihi para sultan, populatisat di media dan flixing sana sini termasuk pergaulan kelas langit dan orang-orang takzim kagum, sampai hatersnya mendapat nafkah dari kebencian kepada Anda. Lengkap sudah! Sampai akhirnya banyak orang bilang: Kamu bukan orang sembarangan! The Special one bukan cuma milik manajer bola terkenal Jose Morinho.
Sang Sutradara alam semesta membuat skenario lanjutan. Ia dilirik partai politik atas dasar kepopuleran dan sepak terjang yang sangat inspiratif. Dan begitulah, duduk nyeman berdasi perlente, muka glowing tebar senyuman dan dada tegak membusung. Jalan dan bicarapun sudah beda, kawan-kawan lama pangling. Yang oportunis mendekat menjilat, teman-teman sejati memandang dari jauh dan mendoakan moga kamu tidak terpeleset. Hati-hati, kita semua ada di jalan yang licin, baik sempit ataupun lebar.
Saat malam turun, hadir renungan renungan menyerupai siloka samar untuk ditebak, penuh simbol-simbol tersirat: kenapa aku yang jadi orang pilihan? Dari milyaran manusia, aku disorot untuk menggung dan jadi titik perhatian, magnet dan eye cathing sekali di mata Allah? Saat sesi interview, betapa khatamnya aku menceritakan kepedihan di masa lalu berikut dramatisasi bumbu ini itu agar hati orang semakin kesemsem. Batin semakin yakin, aku memang jamrud diantara batu kali, motor collector item ketimbang pabrikan yang diproduksi massal. Hati semakin luas, rasio makin dominan dan kata-kata semakin ber-nas. Sempat terlintas juga, apa mungkin kerjaan leluhur? Mulailah ia mencari-cari jalur keturunan darimana ia berasal. Cari tahu silsilah muasal ayah-ibu sampai level nenek moyang, muncul predfiksi-predisksi yang mengerucut, ia bukan orang sembarangan, leluhurnya raja ini dan itu, sultan bahkan wali. Makin jauh ada konektifitas keturunan orang orang mulia bahkan keturunan orang-orang suci sampai tingkat nabi atau rosul, wallahu ala bi sawab. Tapi begitulah, bibit, bebet , bobot bukan orang sembarangan. Alhamdulillah...
Disinilah ujian paling ‘berat’ hadir. Bisakah alam bawah sadar kita terkendali? Bisakah narasi dijaga dan nafsu pamer diredam? Ini tentu bukan masalah sepele. Maklum sudah kadung jadi publik figur, kadung nyeleb dan kadung bersinar. Apalagi sudah masuk tokoh nasional, semua semakin di awang-awang. Melihat wartawan, selaksa buah pikir ingin dilontarkan, apalagi ada kasus yang sedang hot. Saat ditanya sebuah peristiwa, ia akan menganalisa berdasarkan nafsu ego sebagai the special one tanpa referensi, murni rasio tanpa rasa, full ego dan nafsu. Ia akan bilang, mereka yang bersebrangan bodoh tolol sampai masuk dramatisasi, mahluk tertolol di dunia . Artinya Ia merasa pintar bahkan jenius. Ini alam bahah sadar bermain, dari hikayatnya yang serba spektakuler itu, ia merasa beruntung, pintar bahkan jenius. Tapi begitulah, hukum alam adalah sebab akibat. Siapa yang menabur angin akan menuai badai. Statemen keras, tolol, bodoh , goblok akan menuai badai konsekwensi yang bisa berbalik menjadi malapetaka. Apalagi orang yang mencounter, datang dari arah yang tidak terduga, bukan seteru politik bahwakan orang yang tidak dikenal sama sekali. Ia mencounter dengan narasi yang lebih smart dan provokatif, punya kelas dan mampu mempengaruhi opini publik. Sekelebat cahaya ia langsung menjadi public enemy, tidak ada lagi langkah revisi, lisan sudah terucap, ngeles bagaimanapun sungguh tanpa arti. Saking jengkelnya, publik bergerak fisik, mobilisasi masal dan destruktif. Hancur sudah, harta, kharisma, harga diri. Dari situ kejengkelan menular bagai virus. Tokoh-tokoh lain yang sering bergerak lisan dan polah tanpa empati, suka sinis, dan mengejek situasi susah yang banyak dialami orang, akan kena imbasnya juga. Apalagi ia tokoh familiar yang sering hadir di media massa sampai medsos. Kepopulernnya berujung bencana. Mereka juga rata-rata merasa sebagai the special one karena berhasil menaklukan dunia, setidaknya dari karir dan simbol-simbol finansial.
Setelah semua sirna, apakah benar mereka orang-orang pilihan di mata Tuhan? Jangan-jangan ini cuma ujian, bagaimana kita bisa lebih bersyukur dengan memberbesar rasa- empati ketimbah rasio dan ego. Tuhan Maha Baik, hanya manusia kadang ge’er pada kebaikan-Nya dan merasa lebih diperhatikan. Begitulah.

