URGENT: NAHDIYIN PERLU BANYAK TEKNOKRAT By Isfandiari MD
…… Menghadapi tantangan zaman ini, Nahdiyin perlu mencetak santri-santri yang memiliki keterampilan khusus di bidang teknologi. Kita perlu banyak teknokrat!…” KH Ahmad Anwar Nasihin S.H.I, Ketua Tanfidziah PCNU Kab, Purwakarta

Kalimat bebuka artikel ini adalah garis besar pidato Kyai Ahmad Anwar di penghujung momen seminar pengembangan pesantren (26 Juli-2025) lalu. Pidato ini sangat inspiratif dan menjadi alasan utama seminar dengan tema Pengembangan Teknologi & Digitalisasi Pendidikan Islam Pada Pondok Pesantren & Majelis Ta’lim.”Bagi kami, santri-santri memang harus dipersiapkan untuk menguasai teknologi dan digitalisasi agar lahir santri yang bisa bersaing menghadapi tantangan zaman,” jelas KH. Mumu Muhlisin,S.Ag, ketua RMINU Purwakarta sekaligus pimpinan pondok pesantren Fatahillah Tursina Alam di zona Pasawahan Purwakarta, tuan rumah seminar.


Nara sumber lain yang ikut rembuk terbilang lengkap. Dari kalangan akademisi hadir Dr. Asep Dede Karnia, M. Ag (Ketua pelaksana), Jejen Supriadi, ST.,M.Si (Ketua LPTNU Purwakarta) dan Dr. Deni Lesmana, M.Pd,I (Peneliti Pesantren/Ma.had Aly & dosen).Makin lengkap hadir wakil dari Kemenag RI yakni Dr. H. Dadang Baehaki,M.Si (Widyaiswara Ahli Madya Pusbangkom Pendidikan dan Keagamaan Kemenag RI). Sebagai pelengkap dan nara sumber lainnya, diundang Isfandiari Mahbub Djunaidi, wasekjen PBNU.

Suasasana seminar terbilang seru! Peserta tak hanya dari kalangan pesantren dan masyarakat umum. Hadir dan antusias teman-teman dari kalangan komunitas otomotif yakni kelompok motor MMC-Outsiders Indonesia diwakili Purwakarta Chapter dan Karawang Chapter. “Kami sangat tertarik hadir di acara ini, selain silaturahmi dengan poro Kyai dan Santri, kita mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat,” komentar Gugun AH, alias Ones Japs, senior klub dari Kerawang. Ia datang dengan beberapa life members termasuk wing guard Kerawang Bro Endang Saprudin dan Wing Guard Purwakarta bro Qnoy mewakili head (ketua chapter) Indra Suhendar. Para bikers ini hang out dengan santri menyimak beberapa uraian dari para pakar yang memberikan gambaran seputar teknologi dan digitalisasi untuk pendidikan di pesantren.

Uraian akademisi tentunya menjadi titik perhatian utama. DR. Asep Dede didaulat menjadi moderator bersama tokoh muda PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) sahabat Gunawan Assidiq. Deni Lesmana sebagai peneliti menguraikan berbagai pandangan penting terutama hasil penelitiannya di lingkungan pesantren terkait kesiapan SDM dan sarana yang menunjang teknologi digital. Kang Jejen sebagai ketua LPTNU Purwakarta juga menguraikan urgensitas digitalisasi di pesantren sesuai kebutuhan zaman . Demikian juga tak kalah mendapat perhatian pendangan H. Dadang Baehaki yang mewakili kementrian agama. Baginya, digitalisasi pesantren masih jauh dari ideal dan perlu dimaksimalkan lagi. “Sistem pendidikan pesantren klasik maupun modern memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Kedua sistem ini bisa saling melengkapi. Khusus untuk yang menganut sistem pendidikan modern, penguasaan teknologi menjadi modal utama untuk santri bisa mengembangkan potensi dirinya,” jelas Dadang. Sedang Isfandiari sebagai wasekjen PBNU menekankan antuasme santri menghadapi digitalisasi khususnya teknologi informasi di dunia pendidikan pesantren. “Informasi yang sudah sangat terbuka seperti sekarang ini ‘memaksa’ semua orang untuk berkompetisi. Pesantren sebagai pusat pendidikan Islam dan menjadi garda terdepan peradaban Islam mau tak mau ikut berkompetisi dengan mereka di luar pondok. Karena itu perlu modal kuat, mempersiapkan mental, intelektual, menselaraskan logika, rasa dan eksekusi nyata berbentuk karya. Saya sarankan diperbanyak seminar atau diskusi ilmiah seperti ini melibatkan tak hanya ahli dari kalangan pesantren tetapi lebih meluas ke pihak-pihak lain, tuturnya.
Setelah seminar berakhir, sesi ramah tamah juga tak kalah penting. Ke depan tuan rumah Pesantren Fatahillah Tursina Alam berencana mengadakan moment serupa yang melibatkan pihak-pihak lain dengan tema yang tak kalah menarik. Kita tunggu gebrakan santri Purwakarta!