WE SALUTE YOU…
By Isfandiari MD
Tukang kebut, expert di balap liar tentunya wajib mengenal kisah-kisah senior mereka dahulu. Opa-Oma kita banyak yang jago ngebut di jamannya. Yuk kita simak kisah romantika mereka di jaman dulu. Paul Gunawan, tokoh road race nasional dan scruters beken berbagi kisah soal fenomena kebut anak muda tempo doeloe. “Tahun 60-70 an kebut-kebutan udah rame,” bukanya. Kata Om Paul, mereka kerap kebut-kebutan di kota seperti klub Pacinko di Utara Jakarta dan gengngnya Saksono-Tody Andreas C.S di selatan. “Mereka sering naik ke puncak Bogor dan ngebut di sana,” jelasnya. Candra alias Chiank, tokoh biker asal Garut juga cerita soal fenomena ini. Dulu ia sempat juga wara-wiri di Jakarta kota yang beken dengan Pacinkonya.”Pacinko itu legendaries sekali. Mereka melahirkan atau setidaknya menginpirasi klub-klub jago kebut fenomenal semisal Gamshi (Anak Muda Frustrasi) dengan dedengkot An-An, MGZT (Mangga Besar Anak Ibliz), Hanoman, Aligator atau Green Eagle.

Bandung juga tak kalah fenomenal. Almarhum Om Alen Suhendra Handayani, salah satu tokoh Harley Club Bandung pernah cerita, mereka kerap ketemu anak Jakarta di Puncak dan adu kebut. Wantu ketemu almarhum Alen, kami juga diajak ke tokoh kebut cewek yang fenomenaldi Bandung tahun 50-an. Beliau itu Oma Lo Ban Nio, bermukim di Lembang. Oma ini punya prestasi segudang di ajanga du balap dan sering kalahkan rider-rider yang kebanyakan keturunan Belanda. ”Mereka rata-rata punya nyali lebih, kadang menantang kami ngebut dengan copot rem belakang,” kisah Eddy winata Kusumah, yang sekarang jadi pengusaha variasi di Kebon Jeruk II. Kemungkinan mereka bertarung dengan para dedengkot Moonraker atau Dr De Kills. Klub asal Bandung dulu ini kerap nantangin lawannya tanpa rem. Dendengkotnya Teddy De Kills pernah menghebohkan Bandung dengan adu balap Bandung-Pangandaran tanpa rem sekitar tahun 80-an. Oh ya, tokoh Monraker salah satunya Benny ‘Baong; Pria Nursandi yang cukup dikenal di kalangan balap road race Jawa Barat sampai saat ini.

