GASRIDE – Tradisi natal Tema acara “Meniti Literasi, Menata Budaya” yang di hadirkan Yayasan Rumah Budaya Michiels, terbilang unik. Tema inspiratif disajikan dalam pentas budaya “Malam 24 di Roemah Toegoe”. Acara yang digagas oleh Lisa Michiels sebagai daya tarik tersendiri untuk pengembangan wisata sejarah dan budaya di Kampung Tugu. Kampung Tugu sebagai salah satu kampung tertua di Jakarta yang telah ada sejak 1661 merupakan cikal bakal alkulturasi budaya Jakarta yang sangat kaya dan beragam.

Lebih sip-nya lagi “Meniti Literasi, Menata Budaya” terinspirasi dari penetapan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI atas Bahasa Kreol (Portugis) Tugu sebagai Warisan Budaya Tak benda (WBTb) pada 22 Agustus 2024.

Acara yang bertujuan untuk menjaga tradisi Malam Natal di Kampung Tugu yang saat ini tidak biasanya berlangsung. Dahulu, orang-orang Tugu setelah beribadah Malam Natal di Gereja Tugu akan melakukan “naro kembang” ke makam leluhur di samping Gereja. Pada momen itu berlanjut dengan makan malam bersama dengan menu khas seperti gado-gado, sped, sup brenebon (pengaruh alkulturasi Manado). Makan bersama tersebut sambil menunggu pukul 12.00 malam untuk melakukan doa bersama dari setiap keluarga.
Uniknya, mereka saling mengucapkan salam khas bahasa Kreol Tugu “Binti singku dia Disember, masdudi nas sior ja ti mundu. Libra nos pekado unga noti di kinta fera. Assi klar koma dia anji ni nos siordialegria” yang artinya “Pada tanggal 25 Desember, Tuhan kita telah datang ke dunia, untuk menebus dosa, dimalam yang cerah dan bersih, Tuhan memberikan sukacita yang besar.

Sisi uniknya juga ada pada Ibadah natal sederhana dengan iringan musik Keroncong dan narasi natal dalam Bahasa Kreol Portugis Tugu.

Pada malam Natal Kampung Tugu,menjadi tempat berkumpul dengan tema “Malam 24 di Roemah Toegoe”, semua orang tugu pulang kampung untuk berkumpul. “Kiranya acara ini dapat kami laksanakan setiap tahun sebagai bagian dalam melestarikan budaya Jakarta terutama budaya asli Kampung Tugu yang telah memiliki 4 Warisan Budaya Tak benda yang ditetapkan oleh Kemendikbudristek, yakni musik Keroncong (dari) Tugu (2016), Tradisi Rabo-rabo, Tradisi Mande-mande (2019) dan Bahasa Kreol (Portugis) Tugu (2024),” ungkap Lisa Michiels selaku Ketua Yayasan Rumah Budaya Michiels.

Harapan dari acara ini, agar wisata sejarah dan budaya di Kampung Tugu menjadi jaringan Desa Wisata oleh Kemenparekraf. Otomatis menghidupkan ekonomi budaya namun dapat mendorong ekonomi kreatif bagi masyarakat di Kampung Tugu. Untuk mewujudkannya,perlu dukungan banyak pihak yang dimulai dari masyarakatnya, Pemerintah, Pengusaha dan Akademisi.

Pentas budaya “Malam 24 di Roemah Toegoe” menampilkan deretan penampilan menarik, mulai dari penampilan utama Krontjong Toegoe dan Krontjong Muda Indonesia yang memukau penonton dengan alunan musik keroncong klasik dan modern. Selain itu, pengunjung juga dimanjakan dengan penampilan OK Irama Jakarta, Gambang Kromong yang dikemas dengan drama musikal tentang kejayaan Sunda Kelapa Komunitas Kebaya Menari dengan keindahan dan keanggunan gerakannya, Samsara Ntrya yang mebawakan dua tarian “Topeng” dan “Topeng Gegot”. Ada juga sajian istimewa tarian None Tugu. Acara dibuka dengan penampilan kelompok “The Force band” dan ditutup dengan kehadiran Bintang tamu “Marjinal” yang salah satunya membawakan syair sholawat dalam lagu “Malam Kudus”

Dalam acara “Malam 24 di Roemah Toegoe” kali ini juga menjadi sangat Istimewa dengan kolaborasi Museum Sejarah Jakarta dan Living Museum Roemah Toegoe yang menampilkan Macina, alat musik mirip ukulele dari Kampung Tugu koleksi kedua museum.

Acara yang dihadiri berbagai kalangan masyarakat mendapatkan dukungan dari Sudin Kebudayaan Jakarta Utara dan turut dihadiri oleh Sekretaris Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, Ibu Titik Lestari, Kepala Bidang Perlindungan Dinas Kebudayaan Jakarta, Ibu Linda Enriany, Kepala Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Utara, Ibu Cucu Rita Sary, Kompol Fernando Sagarta Saragi Kapolsek Cilincing yang hadir mewakili Kapolres Jakarta Utara, Danramil Cilincing Mayor Inf Budi Wiyono dan Bapak Depika Romadi Camat Cilincing, Bapak Sukarmin dan Bapak Eka Persilian Yeluma masing-masing Lurah Semper Barat dan Lurah Sunter Jaya, Bapak Ardi Simpala,, Ketua Sahabat Kelapa, Ibu Dian Novita Susanto (Ketua Perempuan Tani Indonesia).

Bahkan Lisa Michiels, melalui Yayasan Rumah Budaya Michiels, telah melakukan langkah kecil yang dilakukan ini dapat mengisipirasi kampung-kampung Budaya di Jakarta untuk turut berkotribusi secara positif dalam perjalanan Jakarta sebagai kota global. Kerenya,acara ini wujud dari wadah apresiasi terhadap seni dan budaya Indonesia, khususnya budaya Betawi. Dengan begitu masyarakat sadar,melestarikan warisan budaya bangsa, itu penting.
