Penulis : Isfandiari. MD Photo : Isfandiari. MD
GASRIDE – ….Sepenggal sisi lain, kelanjutan artikel ikhwal Sumba Tengah ( Ridingread.com/ Judul: Madung Ati Ba Haganya Nam Haduka) terasa perlu disajikan. Kisah yang menceritakan perjuangan mensukseskan event, sinergi apik dengan berbagai kendalanya. Sampai saat hari penentuan di Jum’at, 1 September 2023 -Lapangan Ratiwoya, desa Anakalang…….

MENIKMATI SABANA TROPIS BERHIASKAN SENYUMAN
Burung besi berbaling-baling sudah menurunkan roda gendutnya di bandara Tambolaka di Senin cerah 28 Agustus 2023. Kami bertemu rekan baru, bro Adi sebagai driver angkutan dari bandara menuju desa Anakalang. Jarak berkisar 1.5 jam perjalanan, tanpa macet kualitas jalan baik. Tarifnya disepakati 500 ribu sekali jalan untuk 4 orang. ”Selamat datang, ada acara apa ini? Moga sukses acaranya ya! Jika perlu mobil , kontak saya..nanti disediakan,” beber Adi menjajaki peluang bisnis lanjutan setelah mengantarkan kami.Udara cukup terik karena sengatan mentari. Jika kita berteduh, angin dingin langsung menyapa. Udara sangat bersih dengan langit biru yang senantiasa menaungi.

Masuk desa Anakalang, kami sudah disuguhi lansekap bagus dan zona eksotis persis di jantung kota. Disana terdapat desa adat bernama Pasunga, desain rumah adat Sumba, makam-makam megalitik dan penerimaan yang ramah dari warganya. Estetika zona ini tentu dan disia-siakan dengan berfoto di hp masing-masing, selfie dan konten vlog amatiran. “Untuk santapan IG masing-masing,” kata Sonia, Tety dan Tantin, tim dari Niskala Project.

Wisma Selapora yang di urus Pemda setempat sudah menerima rombongan kami. Walau terbilang sederhana namun resik dilengkap AC dan air panas. Lokasi wisma bersebelahan dengan lapangan Ratiwoya juga tak jauh dari sanggar Orang Sumba Asli (OSA) tempatnya para seniman andalan Sumba menorehkan karya tari dan musik mereka. Pilihan menginap di Wisma tentu saja atas pertimbangan kepraktisan dan efisiensi mengingat lokasinya yang sangat dekat. Sungguh pengalaman yang unik! Karena di malam pertama, kami disuguhi gempa yang cukup mengguncang subuh hari. Belakangan kami telusuri, gempa itu juga mengguncang Maluku sampai pulau Bali.

PANAS – DINGIN BIKIN KANGEN
Udara disini cukup ekstrem bagi yang belum terbiasa. Sabana tropis menyajikan ekstremitas panas-dingin yang sangat berkesan. Siang hari kita akan dihampiri udara panas yang cukup menyengat, namun sore menuju malam, angin dingin akan datang menghampiri. Udara disini sangat bersih, langit biru dan bintang-bintang gemerlap menghiasi malam.” Mumpung di sini, hidup udara sebanyak mungkin! Disini bebas polusi tak seperti di Jakarta,” saran sekretaris daerah, Bapak Bernardus B. Gela, S.IP.,M.AP. Beliau termasuk sangat intens bersama-sama tim memeriksa kesiapan perhelatan sampai hal-hal detai dan teknis. Sepakat pak, saat bernafas sampai dalam, paru-paru terasa segar, baik sekali untuk kesehatan.
Banyak kisah-kisah seru dalam proses perhelatan akbar ini. Tim EO juga berkesempatan riding sekitar 1 jam antara desa Anakalang ke Waikabubak, pusat kota Sumba Barat yang lumayan rame. Waktu itu kami bergegas ke sana untuk membeli hardisck. Riding impression bermotor cukup mengesankan. Sepanjang jalan berdiri gereja-gereja megah, patung Yesus Kristus yang agung , rumah adat tradisi Marapu dan ada juga mesjid megah bersanding dengan gereka Katolik dan Kristen.”Toleransi-kerukunan beragama disini sangat baik. Kami hidup berdampingan satu sama lain. Walaupun mayoritas Protestan dan Katolik, banyak dari kami mengidolakan Gus Dur (KH Abdurahman Wahid-Red) sebagai panutan,” jelas Marlon Umbu Lakipura salah satu staff BPBD.

SINERGI APIK YANG SANGAT BERKESAN
Kira-kira 2 bulan sebelum perhelatan, Niskala Project, tim Eo dari tanah jawa, sudah menjalankan sinergi dengan teman-teman dari Sumba Tengah. Mereka mencari lokasi paling pas sekaligus bersilaturahmi untuk kali pertama dengan Bapak Drs. Paulus S.K Limu Bupati Sumba Tengah. Pertemuan akrab teriring dukungan beliau untuk mensuport acara ini.

Saat itu, kami ditemani dua staff andalan beliau, bro Yanuarius Sorulandja, S.Kom (Kalak BPBD) akrab disapa Bang Yan dan bro Andri U. D. Antar, ST (Sekretaris). Keduanya menjadi ‘pintu’ awal merancang kegiatan dan memantapkan sinergi antarkedua pihak, ikhtiar mencapai kelancaran acara BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dalam tema Pagelaran Budaya Sadar Bencana-Mitigasi Bencana Melalui Kearifan Lokal. Dari situ ‘rentetan’ pasukan berlanjut sampai hang out dengan para seniman Orang Sumba Asli (OSA) yang dikomandoi Elson Umbu Riada ST dibantu seniwati senior Mbak Inka.
Antusiasme mereka sungguh diluar dugaan. Tim BPBD langsung merapatkan barisan untuk memberikan yang terbaik bagi kelangsungan acara ini. Turun langsung ke lapangan beberapa tenaga baru yang dengan sigap bahu membahu dengan tim event organizer di lapangan. Support dan respect kepada bro Giku Loda, S.ST (Kasie Pencegahan dan Kesiapsiagaan), Agustinus N. Ubidedu, A.Md (Kasie Logistik dan Kedaruratan), Yustina Ngongo, A.Md (Kasie RR), Haryanto Umbu Sakayu (staf),Melki Umbu Kapeta (staf), Fransiska J. Dambo, S.IKom (staf), Mirandani, S.IKom (staf),Marlon Umbu Lakipura, Dominggus U.P Pekujawang A.Md , Dominggus Napang A.Md, Oktavianus U.K Ubilaja, Yesaya Jaga Limu, Christofel A.Putra Bili, Bonifasius U.I Hamaratu ST,Yosep Sau Tingga Tayi, Triyadi Putra Umbu Gaba, SP,Yonas M. Paliosa, Daniel Dena Gaba , mama Yustina Ngongo dan banyak lagi. “Kami bekerja sama untuk hasil yang terbaik, semoga menjadi persembahan bagi warga Sumba Tengah,” semangat Andri U.D Antar saat bekerja di lapangan. “Kebanggaan bagi kami karena wilayah ini terpilih menjadi perhelatan acara,” tambah bro Yanuarius Sorulandja, S.Kom alias Bang Yan.

Syukurkah, semua kerjakeras dan pengorbanan mereka membuahkan hasil yang baik walau masih ada kekurangan di sana-sini untuk menjadi pelajaran ke depannya. Thx all bro and sist!
REFRESH SEJENAK MENIKMATI MAKANAN LAUT
Sehari sebelum perhelatan, rasa stress dan tegang tentu saja menghantui seluruh tim. Jalan keluarnya lelaku kuliner hang out seru dan berkaraoke ria. “Nah..untuk itu yuk kita sambangi rekan sana, bro Alank Dirmansyah pemilik resto Maguro di kampug Jagangarang, kota Waikabubak Sumba Tengah,” ajak Bang Yan.

Yes! Highly recommended! Tempatnya cozy asyik untuk bersantai. Adafasilitas karaoke dengan sound yang api, jernih bersih. Serasa penyanyi profesional deh, he..he.. Bang Andri dari staff BPBD ikut menyumbangkan suaranya. Suara serak khas rocker langsung membahana. Tim lain tak mau ketinggalan, menyumbangkan suara emasnya sambil menikmati santapan ikan laut racikan chef keren tim bang Alank yang sangat memanjakan lidah. “Sekalian deh…yuk promosikan, siapapun yang datang ke wilayah ini, jangan lupa mampir ke resto Maguro di jalan Weekarau di bawah kampung Jagangarang, Waikabubak,” promo Sonia salah satu tim EO dari Jakarta. Ssst..paling tak terduga, resto ini juga menyajikan medu sarang burung walet.” Alhamdulillah, burung waletnya bersarang di belakang resto ini,” bangga bang Alank.
Weiz! Lengkap deh….
estoran Maguro ( Resto Maguro) terletak di Jalan Weekarou, tepatnya dibawah Kampung Jagangarang, Kota Waikabubak, Sumba Barat, menyediakan beragam menu makanan dengan spesial sup walet, dan kua asam khas Sumba.
Alank Dirmansyah, pemilik Resto Maguro, kepada POS KUPANG.COM di resto itu, Sabtu (8/8/2020) siang menceritakan awal mula muncul ide hingga lahirlah resto Maguro.
Ia menceritakan, semenjak awal ingin membangun usaha rumah makan dan berkeinginan memiliki menu sedikit berbeda dengan rumah makan pada umumnya yang beroperasi di Sumba Barat.
Artikel ini telah tayang di Pos-Kupang.com dengan judul Menikmati Cita Rasa Kua Asam Sumba Dan Sup Walet Di Resto Maguro Sumba Barat, https://kupang.tribunnews.com/2020/08/09/menikmati-cita-rasa-kua-asam-sumba-dan-sup-walet-di-resto-maguro-sumba-barat.
Penulis: Petrus Piter | Editor: Kanis Jehola
MADUNG ATI BA HAGANYA NAM HADUKA
….. Jika diterjemahkan bebas berarti TANGGUH DAN SIAP HADAPI BENCANA!, itulah semangat yang dimiliki warga Sumba Tengah dalam sebuah moment yang diprakarsai BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) bersama pemerintah setempat dalam moment Pagelaran Budaya Sadar Bencana, 1 September 2023 di Lapangan Ratiwoya……
Senyum ramah, sapaan tentram dan rasa empati tinggi adalah kesan yang pasti terpatri saat kita hadir diantara warga Sumba Tengah. Alamnya bersinergi dengan karakter warga lokal dalam estetika yang sulit digambarkan. Udara sejuk tanpa polusi, tanah mediteran, bebatuan gamping dan iklim sabana tropis adalah khas yang melekat. Warga yang masih lengang dalam kisaran 35 jiwa per-km2, ( bandingkan dengan Jakarta di kisaran 15978/km2) membuat zona ini relatif sepi dan menjadi magnet bagi pecinta keheningan. Dan semua itu menjadi daya tarik utama dan kesan yang mendalam bagi siapa saja yang berkunjung di sini.
Keheningan itu sirna sejenak saat terjadi moment bersejarah, Pagelaran Budaya Sadar Bencana yang digagas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di jantung Sumba Tengah, Lapangan Ratiwoya baru. Lelaku kebudayaan ini sekaligus penjadi pesta rakyat yang akan diingat dalam waktu lama. Suasaa pesta dan kegembiraan memang sanggat terasa. Sebelum rombongan BNPB hadir di venue menjelang sore, pejabat setempat dan masyarakat luas berbondong-bondong hadir di lapangan dengan busana lengkap khas Sumba Tengah. Kamu lelakinya bersarung-ikat kepala dan parang disandang dengan istilah Hinggi Wanukaka. Para wanita jjuga mengimbangi, desain apik dinamis dengan corak warna yang sedap dipandang mata. Mereka mengenakan pakaian adat yang biasa disebut Hinggi Wanukaka. Ada juga yang suka mengenakan gaya Kabaju untuk tampil apik di moment itu. Lapangan Ratiwoya berubah wajah, penuh warna sebagai salah satu cermin kekayaan budaya dan rasa estetika tinggi warganya. Anak-anak, remaja, orangtua berbaur menjadi satu bertemu langsung dengan para pemimpinnya, bersenda gurau dalam suasana penuh kegembiraan. Di atas panggung sudah bersiap para penari Sanggar Orang Sumba Asli (OSA) mempersiapkan segala sesuatu dan penari-penari berikut pada para penunggang kuda juga bersiap. Kuda-kuda Sumba berjenis Sandelwood Pony seakan juga ikut merasakan kegembiraan moment itu.
Moment yag ditunggu-tunggun datang. Menjelang sore, rombongan dari Jakarta dipimpin langsung Kepala Badan BNPB, bapak Letjen TNI Suharyanto S.Sos.,M.M bersama rombongan. Beliau juga didampingi penggagas dan penanggung jawab acara, Bapak Abdul Muhari, PhD, Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB. Beliau-beliau lansung di terima dengan hangat di depan gedung Selapora tak jauh dari venue. Hadir Bapak Drs. Paulus S.K Limu Bupati Sumba Tengah, bersama jajarannya termasuk sekretaris daerah, Bapak Bernardus B. Gela, S.IP.,M.AP. Mereka juga didampingi jajaran TNI dan Kepolisian juga tokoh adat setempat.
Dengan pakaia adat lengkap, rombongan BNPB langsung diterima tokoh adat sebagai simbol penerimaan warga kepada tamu yang mereka hormati. Tarian-tarian daerah langsung tersajikan, mulai tarian penyambutan, tarian Kaboka, Kataga, Reja Negu juga Harama. “Kami sajikan yang terbaik! Melalui pendekatan kebudayaan inilah kami harapkan warga lebih sadar dan siap hadapi bencana,” haru Elson Umbu Riada ST, pengasuh sanggar Osa (Orang Sumba Asli). Untuk memperkuat pesan itu, mereka menyajikan tarian kontemporer bertema sadar bencana yang disajika alam 2 sesi, perang melawan hama belalalang dan perang menghadapi kebakaran hutan. Sajian disambut antusias warga dan temu undangan. Makin seru para seniman andalan Sumba Tengah ini juga menyajikan lagu-lagu andalan merekam seperti Rikimeri, Tana Ma Pa Ihi, Lagu Tanah Leluhur, Wuru Weya dan tempo yang entertaining seperti lagu Kolam Susu dan Gemu Fa Mire.
Dalam kesempatan ini. Bupati Sumba menyampaikan kegembiraannya atasnama warga Sumba Tengah atas kehadiran tamu-tamu dari BNPB, termasuk menggambarkan betapa harmonisnya warga terkait rasa toleransi terutama ikhwal kerukunan umat beragama. Beliau juga berharap kehadiran tamu-tamu BNPB melahirkan semangat baru dan rasa optimisme warga Sumba Tengah. “ Budaya sadar bencana harus ditumbuhkan karena menjadi bagia penting dalam mewujudkan tengguh bencana. Masyarakat harus berperan aktif untuk menumbuhkan kesadaran dan upaya dalam mitigasi bencana untuk mengurangi resniko bencana,” jelas Paulus.
Dalam kesempatan yang bersejarah ini, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana memberikan dukungan operasional penanganan darurat bencana kekeringan yang diterima langsung Bupati Sumba Tengah. Dukungan tersebut berupa dana siap pakai sebesar 500 juta rupiah, mobil dapur umum 1 unit, pompa air pemadanm kebakaran 6 unit dan pom[a acon untuk persawahan sebanyak 6 unit. Bantuan itu tentunya sangat bermanfaat bagi warga Sumba Tengah.”Mengingatkan kita semua bahwa di satu sisi kita tinggal di negara yang kaya raya yang melimpah sumber daya alam kekayaannya, tetapi di sisi lain juga bencana senantiasa mengancam kehidupan kita setiap saat termasuk di Pulau Sumba. Tahun 1977 ada bencana tsunami besar melanda Pulau Sumba dan tahun 2021 sebagian saudara-saudara kita juga alami bencana Siklon Tropis Seroja. “Sehingga tentu saja adik-adik dan anak-anak sekalian harus paham bahwa kita hidup di negara, yang bencananya bisa terjadi setiap saat,” jelas Suharyanto saat memberikan arahan di panggung venue yang di desain khas rumah adat Sumba.
Puncak kegembiraan terjadi di akhri-akhir acara. Seluruh warga, pejabat BNPB, pejabat daerah sampai wartawan peliputpu ikut terhanyut dalam suasana pesta meriah. Musik daerah yang menghentak riang mengiringi mereka bergembira, menari bersama. Tak ada sekat, tak ada batas, sebuah moment yang akan diingat dan diperbincangkan walam waktu lama. Lapangan Ratiwoya saat itu menjadi ajang pesta yang memompa semangat optimisme dalam merawat alam warisan leluhur mereka dan kesiapan mereka menghadapi bencana.
Selamat dan sukses Sumba Tengah, terima kasih BNPB…..